Indonesia Raya "Pantun"

Jualan pakaian belum juga laku
Eh si Nomnom gomes jogetnya salah
Heemm betapah sedih nya diriku
Catatan pantun ketinggalan di sekolah

Kenapa Hannah Hutan?
Karna Hutan tempat yang tenang
Untuk Muhasabah
Memperbaiki sel syaraf yang sudah berantakan barangkali


WELCOME TO OUR JUNGLE

Sabtu, 28 Desember 2019

Dear Ibu-Ibu Muda

Hari itu di sebuah acara kajian, bertemu dengan Perempuan cantik berbalut jilbab panjang dan gamis "kebesarannya".
Adik manis : "Kakak, kakak Akhwat ya?"
Saya : "Akhwat gimana sayang?"
Adik manis : "Kakak liqo kan? Masak gak tau Akhwat sih."
Saya : "Eh iya, liqo. Kamu liqo?"
Usia adik manis itu 8 tahun. Sudah ikut liqo bersama Bundanya.
Adik manis : "Iya lah kak. Adek liqo. Kakak Akhwat kan?"
Saya : "Kakak Perempuan, sayang."
Adik manis : "Loh kok bukan Akhwat? Jilbab kakak kan besar, kakak juga liqo. Kok bukan Akhwat?"
Ku nyaman kan posisi dudukku, ku gamit badannya, ku letakkan dipangkuanku, ku belai rambutnya yang masih sangat halus. Bundanya sedang mengurus kegiatan hari itu.
Saya : "Begini sayang. Akhwat itu bahasa Arab yang dalam bahasa Indonesia artinya Perempuan. Seluruh kita yang punya alat kelamin bernama Vagina seperti yang kamu gunakan tiap pipis, itu namanya Perempuan ya sayang. Kita sesama Perempuan, berjilbab ataupun tidak harus saling menyayangi kan ya. Bener kan? Bunda ngajarin cinta kan?"
Adik manis : "Tapi Bunda seringnya ngajarin cinta sama Akhwat kak."

...

Allahurabbiy. Aku gak tau harus bicara apa lagi pada anak manis itu. Sayang sekali jika Bundanya mengajarkan KETIDAKADILAN SEDARI KECIL. Sedih sekali rasa hatiku. Bukankah seharusnya sesama Perempuan apapun bentuk dan jenisnya harus saling menyayangi dan mendukung?
Ah, atau aku yang terlalu liberal?
Setelah ku bicara ke adik manis itu, aku minta ampun sama Allaah.
Ya Allaah ampuni Hannah udah ngajarin anak orang. :(
Bunda tersebut bukan hanya punya 1 anak. Tapi 4 anak. Coba lah kalau seluruh anaknya berfikir tidak adil seperti itu. Bagaimana kemanusiaan ini? Allahurabbiy...

Aku cukup berkesan dengan pola didik para Ukhti Rumah Tangga Muda, mereka tidak membiarkan Anak-anaknya tidak produktif. Selalu diberi ini dan itu agar terus berkembang. Namun yang kuperhatikan, Ukhti Rumah Tangga Muda LUPA bahwa pelajaran terpenting adalah perihal kebijaksanaan dan keadilan.
Ah, mungkin itu bagiku saja. Maafkan aku yang belum menjadi Ibu. Tapi ku mohon jangan mengkotak kotakkan dunia yang sudah kotak kotak ini ya Bunda...

*bersambung. Kisah ini cukup panjang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar